☂️ Mundurnya Presiden Soeharto Membawa Habibie Menggantikan Menjadi Presiden

MundurnyaPresiden Soeharto membawa Habbie menggantikan menjadi presiden. Dasar yang digunakan dalam hal ini adalah . a. keputusan presiden b. instruksi presiden c. ketetapan MPR d. pasal 18 UUD 1945 e. pasal 8 UUD 1945 Jawaban: e 81. Bogor(31/5) Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun akhirnya menyatakan berhenti dari Jabatan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998. Beliau menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden BJ. Habibie. Ini akibat dari berbagai kerusuhan yang terjadi di Indonesia yang menginginkan Soeharto turun dari jabatannya. Krisis multidimensional tahun 1997/1998 menjadi alasan GnECt. Jakarta - Selain bulan kelahiran Pancasila, Juni merupakan bulan spesial bagi Masyarakat Indonesia. Pasalnya bulan ini merupakan bulan kelahiran tokoh tokoh penting, termasuk empat dari tujuh Presiden yang pernah memimpin Indonesia. Salah satunya bulan kelahiran Presiden Sukarno yang merupakan Presiden RI pertama yang lahir pada 6 Juni 1901 lalu. Bahkan Juni juga diperingati sebagai bulan Bung KarnoSelain Sukarno, Juni juga merupakan bulan kelahiran beberapa Presiden Republik Indonesia. Oleh sebab itu, dikutip dari berbagai sumber, berikut ulasan Presiden Indonesia yang lahir pada SukarnoSukarno sang proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya dan wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Sukarno atau yang dikenal Bung Karno merupakan putra pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman menjadi bapak bangsa, Soekarno menekuni dunia politik saat masuk sekolah HBS di Surabaya. Di sana ia tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto, tokoh pergerakan nasional yang juga aktif di organisasi Sarekat 1918 hingga 1930-an, Sukarno aktif dalam berbagai organisasi dengan aktivitas untuk mencapai Indonesia merdeka hingga akhirnya memproklamasikan kemerdekan RI Pada 17 Agustus bersama Mohammad Hatta. Melalui Proklamasi tersebut membawa Ir. Soekarno diangkat sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia dalam sejarah Bangsa sebagai Pahlawan Proklamasi sekaligus pencetus Pancasila, Sukarno menduduki jabatannya pada 1945 hingga 1965. Namun, era kepemimpinan Soekarno harus redup setelah terjadinya penculikan dan terbunuhnya 6 perwira tinggi dan 1 perwira pertama TNI Angkatan Darat pada SoehartoSoeharto, Presiden Republik Indonesia kedua, lahir pada 8 Juni 1921 di desa Kemusuk, Yogyakarta. Dikenal dengan sebutan Smiling General, Soeharto dibesarkan keluarga yang sederhana, ayah Soeharto, Kertosudiro merupakan seorang petani, sekaligus pembantu lurah dalam mengelola irigasi diangkat menjadi pejabat Presiden RI pada 1967 menggantikan Soekarno, setelah MPRS menolak pidato pertanggungjawaban Presiden pertama RI atas peristiwa Gerakan 30 September PKI pada kemudian menjadi presiden hingga tahun 1998 setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut. Pada masa pemerintahannya, Indonesia memasuki era pembangunan dan swasembada pangan di dekade 1980-an dan 1990-an. Namun krisis ekonomi menerpa Indonesia dan Asia Tenggara di masa itu, merembet ke perubahan politik yang berakhir dengan memundurkan Soeharto sebagai menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Ia memulai karirnya dari pangkat kopral,. komandan peleton, komandan kompi, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan itu, Soeharto juga menduduki jabatan penting di tubuh angkatan darat. Mulai menjadi Komandan Resimen Infanteri 1 Maret 1953, Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro 3 Juni 1956, kolonel 1 Januari 1957, Panglima Korps Tentara I Cadangan Umum AD 1 Oktober 196, Panglima Komando Pertahanan AD, menjadi mayor jenderal 1 Januari 1962, Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, mayor jenderal, hingga Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat 1962-1965.Rakyat Indonesia berduka karena meninggalnya Presiden RI ketiga BJ Habibie pada 11 September 2019. Bapak Teknologi Indonesia itu tutup usia setelah mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Subroto karena penyakit penyakit gagal jantung. Bacharuddin Jusuf HabibieBacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare 25 Juni 1936. BJ Habibie merupakan insinyur dan politikus pesawat terbang yang pernah menjadi presiden Indonesia, sekaligus pemimpin negara perkembangan teknologi dan ekonomi pada akhir abad ke-20 dan awal abad yang dijuluki Mr. Crack itu, dipanggil kembali ke tanah air untuk membantu membangun industri strategis di Indonesia, yang sebelumnya berada di jerman untuk mengambil gelar master dan doktor. Dalam peran ini dia mengawasi sejumlah usaha yang melibatkan produksi dan pengangkutan mesin berat, baja, peralatan elektronik dan telekomunikasi, serta senjata dan Sempat dikenal sebagai negara yang mampu membangun pesawat terbang dengan CN 235 dan pengembangan N250, krisis ekonomi 1997 kemudian membuat sejumlah inovasi itu terhenti. Habibie kemudian menggantikan Soeharto pada Mei 1998 sebagai Presiden RI Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden4. Joko WidodoJoko Widodo atau Jokowi merupakan Presiden Republik Indonesia ke-7 yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Jokowi lahir di Surakarta, Kota Solo pada 21 Juni merupakan putra dari pasangan sederhana, Noto Mihardjo yang berprofesi berjualan produk kayu dan istrinya bernama Sudjiatmi. Meski besar dilingkungan sederhana, Joko Widodo sempat menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana dari Universitas Gadjah Mada pada memulai karir politik pertamanya saat menjabat Wali Kota Surakarta Solo pada 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012. Selepas itu, Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2012 sebelum terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan Presiden Pilpres 2014 dan Pilpres masa jabatannya pertamanya, Jokowi menjadikan Pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial sebagai program prioritas. Selain itu, ia juga mengupayakan reforma agraria dengan melakukan percepatan penerbitan sertifikat hak atas tanah untuk mengurangi terjadinya sengketa di masa jabatannya yang kedua, Jokowi mengalihkan fokus pemerintahan pada pembangunan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara Editor Jokowi Salah Satu dari 4 Presiden Indonesia Ulang Tahun JuniIkuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini. KOMPAS - TANGGAL 21 Mei 1998, pukul WIB, semua perhatian tertuju ke credentials room di Istana Merdeka, Jakarta. Saat itu, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam pidato yang singkat, Soeharto antara lain mengatakan, Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998. Pengumuman pengunduran diri Soeharto Kamis pagi itu sesungguhnya tidaklah terlalu mengejutkan, karena sehari sebelumnya sudah ramai dibicarakan bahwa Presiden Soeharto akan mengundurkan diri. Yang menjadi pertanyaan, apa yang mendorong Soeharto akhirnya memutuskan untuk mundur? Karena, beberapa hari sebelumnya, Soeharto masih yakin dapat mengatasi keadaan. Kejutan ke arah mundurnya Soeharto diawali oleh keterangan pers Ketua DPR/MPR Harmoko usai Rapat Pimpinan DPR, Senin 18/5 18 Mei 1998 Pukul WIB, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad. Namun, kejutan yang disambut gembira oleh ribuan mahasiswa yang mendatangi Gedung DPR itu, tidak berlangsung lama. Karena malam harinya, pukul WIB Menhankam/ Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Walaupun sikap ABRI itu disampaikan setelah Wiranto memimpin rapat kilat dengan para Kepala Staf Angkatan dan Kapolri serta para panglima komando, tetapi diketahui bahwa pukul WIB Panglima ABRI bertemu dengan Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana. Dengan demikian, muncul dugaan bahwa apa yang dikemukakan Wiranto itu adalah pendapat Presiden Soeharto. Pukul WIB, empat Menko diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun, niat itu-mungkin ada yang membocorkan-tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat. Tanggal 19 Mei 1998 Pukul WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar Muhammadiyah, Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi Muslimin Indonesia, Sumarsono Muhammadiyah, serta Achmad Bagdja dan Ma'aruf Amin dari NU. JB Suratno Presiden Soeharto memberikan keterangan pers seusai pertemuan dengan para ulama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan ABRI di Istana Merdeka, 19 Mei 1998, dua hari sebelum mengundurkan diri menjadi presiden. Disaksikan Mensesneg Saadillah Mursyid paling kanan dan para tokoh, antara lain Yusril Ihza Mahendra, Amidhan, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Malik Fadjar, Sutrisno Muchdam, Ali Yafie, Ma'ruf Amin, Abdurrahman Wahid, Cholil Baidowi, Adlani, Abdurrahman Nawi, dan Ahmad pertemuan, Presiden Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi. Presiden juga membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu murni dari Soeharto, dan bukan usulan mereka. Dalam pertemuan ini, sesungguhnya tanda-tanda bahwa Soeharto akan mengundurkan diri sudah tampak. Namun, ada dua orang yang tidak setuju bila Soeharto menyatakan mundur, karena dianggap tidak akan menyelesaikan masalah. Pukul WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama Menperindag Mohamad Hasan melaporkan kepada Presiden soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi akibat aksi penjarahan dan pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang akan melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN yang beberapa peminatnya menyatakan mundur. Pada saat itu, Menko Ekuin juga menyampaikan reaksi negatif para senior ekonomi; Emil Salim, Soebroto, Arifin Siregar, Moh Sadli, dan Frans Seda, atas rencana Soeharto membentuk Komite Reformasi dan me-reshuffle kabinet. Mereka intinya menyebut, tindakan itu mengulur-ulur waktu. Tanggal 20 Mei 1998 Pukul WIB, 14 menteri bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas. Dua menteri lain, yakni Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad Bawazier tidak hadir. Mereka sepakat tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet Reformasi hasil reshuffle. Semula ada keinginan untuk menyampaikan hasil pertemuan itu secara langsung kepada Presiden Soeharto, tetapi akhirnya diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. Pukul WIB, surat itu kemudian disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto. Soeharto langsung masuk ke kamar dan membaca surat itu. Soeharto saat itu benar-benar terpukul. Ia merasa ditinggalkan. Apalagi, di antara 14 menteri bidang Ekuin yang menandatangani surat ketidaksediaan itu, ada orang-orang yang dianggap telah "diselamatkan" menteri yang menandatangani-sebut saja Deklarasi Bappenas-itu, secara berurutan adalah Ir Akbar Tandjung; Ir Drs AM Hendropriyono SH, SE, MBA; Ir Ginandjar Kartasasmita; Ir Giri Suseno Hadihardjono MSME; Dr Haryanto Dhanutirto; Prof Dr Ir Justika S. Baharsjah Dr Ir Kuntoro Mangkusubroto Ir Rachmadi Bambang Sumadhijo; Prof Dr Ir Rahardi Ramelan Subiakto Tjakrawerdaya SE; Sanyoto Sastrowardoyo Ir Sumahadi MBA; Drs Theo L. Sambuaga; dan Tanri Abeng MBA. Alinea pertama surat itu, secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya. Perasaan ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali memutuskan untuk mundur. Soeharto benar-benar tidak menduga akan menerima surat seperti itu. Persoalannya, sehari sebelum surat itu tiba, ia masih berbicara dengan Ginandjar untuk menyusun Kabinet Reformasi. Ginandjar masih memberikan usulan tentang menteri-menteri yang perlu diganti, sekaligus nama penggantinya. Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang. "Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya. Probosutedjo menggambarkan suasana di kediaman Soeharto malam itu cukup tegang. Perkembangan detik per detik selalu diikuti dan segera disampaikan ke Soeharto. Dikatakan, "Saya berusaha memberikan informasi terkini, tentang tuntutan dan permintaan yang terjadi di DPR, informasi bahwa akan ada orang-orang yang bergerak ke Monas, serta perkembangan dari luar negeri," ujar Probosutedjo, seraya menambahkan bahwa pada saat itu semua anak-anak Soeharto berkumpul di Jalan Cendana. Soeharto kemudian bertemu dengan tiga mantan Wakil Presiden; Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan Try Sutrisno. Pukul WIB, Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie. Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur. Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie. Pukul WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul WIB. Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned". Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur-panggilan akrab Nurcholish Madjid-menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru. Pukul WIB, Amien Rais dkk mengadakan jumpa pers. Dalam jumpa pers itu Amien mengatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama, dan selamat datang pemerintahan baru". Keduanya menyambut pemerintahan transisi yang akan menyelenggarakan pemilihan umum hingga Sidang Umum MPR untuk memilih pemimpin nasional yang baru dalam jangka waktu enam bulan. Tanggal 21 Mei 1988 Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Kekecewaannya tergambar jelas dalam pidato pengunduran dirinya, ... Saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan ke-7, namun demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut. AP PHOTO/CHARLES DHARAPAK Presiden Soeharto pada saat mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada tanggal 21 Mei keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara-cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI. Seusai Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan BJ Habibie mengucapkan sumpah sebagai Presiden, Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto dalam pidatonya menyatakan, ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto dan keluarga. Tim Kompas ***Tulisan ini telah tayang di Harian Kompas edisi 27 Mei 1998. Ditayangkan kembali oleh sebagai bagian dari kumpulan tulisan 18 Tahun Reformasi. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Kronologi Tragedi Mei 1998 Kamis, 21 Mei 1998 patut dicatat dalam sejarah Bangsa Indonesia karena pada hari itu Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto, yang telah memimpin selama 32 tahun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Soeharto yang baru dua bulan dipilih kembali untuk ketujuh kalinya di tengah badai krisis moneter mendapat tekanan ekonomi maupun politik serta gelombang unjuk rasa yang menuntut reformasi dari mahasiswa dan berbagai kalangan. Berbagai tekanan tersebut pada akhirnya memaksa penguasa Orde Baru tersebut meletakkan jabatan. Dan sesuai konstitusi Wakil Presiden BJ Habibie melanjutkan estafet kepemimpinannya. Senin, 17 Mei 2021 230938 WIBSabtu, 13 Mei 2023 114404 WIB Harian Kompas 22/5/1998 memberitakan Pengunduran diri Presiden Soeharto dan mengambil sumpah Wakil Presiden BJ Habibie menjadi Presiden. Berikut peristiwa [...] Artikel Terkait Kronologi Lainnya

mundurnya presiden soeharto membawa habibie menggantikan menjadi presiden